Innalhamdalillah, nahmaduhu wanasta'inuhuu wanastaghfiruhu,, wa na'udzubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a'maalinaa, may-yahdihil laahu falaa mudhillalah, wa-may yudhlil falaa haadiyalah, Asyhadu an-laa ilaa-ha illallaah, wahdahula syariikalah, wa-asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuluh, amma ba'du. Mukadimah 13
1 Senangilah duduk dalam majelis amal saleh. 2. Masuk ke majelis dengan hati dan badan yang bersih. 3. Pilih tempat duduk yang paling depan. 4. Duduk dengan rapat dan jangan menjauh. 5. Tidak berbicara sendiri. 6. Menyimak semua yang sedang disampaikan. 7. Tidak memotong orang yang sedang berbicara. 8. Bertanyalah jika merasa tidak paham. 9.
N5Jhyay. Innalhamdalillah Nahmaduhu Wa Nastaghfiruhu Arab. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastaeenuhu॥dua for beginning by mizanur rahman azhary. Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta inuhu arab pontren comTeks Khutbah Jumaat Kelantan Innalhamdalillah nahmaduhu from yahdih illaahu falaa mudilla lahu wa man yudlil falaa haadiya lahu. Yaa ayyuhalladzina aamanuttaqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun. Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu wana’udzubiillah minsyurruri anfusinaa waminsayyi’ati amaalinnaa manyahdihillah falah mudhillalah wa man yudh lil falaa haadiyalah wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa Nahmaduhu Wa Nasta’inuhu Wa allah guides will never be led astray, and whomsoever. Asyhaduallailaaha illallah, wa asyhaduannna muhammadan abduhu wa rasuluhu. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastaghfiruhu arab cara Saja, Berikut Adalah Tulisan Huruf Hijaiyah Atau Teks Arab Untuk Kalimat Innal Hamda Lillah Nahmaduhu Wa Nasta’inuhu Sampai Dengan Akhir Yang Dapat Di Copy Paste Pada Computer Ataupun Laptop, Atau Bisa Anda Salin Dengan Tulisan mukadimah yang dibaca dalam bahasa arab itu disebut khutbatul hajah. Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu wana’udzubiillah minsyurruri anfusinaa waminsayyi’ati amaalinnaa manyahdihillah falah mudhillalah wa man yudh lil falaa haadiyalah wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastaghfiruhu arab cara golden nahmaduhu wanasta inuhu wanastaghfiruh asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warosuuluh.In The Name Of God The All Compassionate The All Merciful.Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta inuhu arab pontren com Arti kata pembuka innalhamdalillahi nahmaduhu. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastaghfiruhu arab cara golden nahmaduhu wanasta inuhu wanastaghfiruh asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asyhadu anna muhammadan abduhu Yahdih Illaahu Falaa Mudilla Lahu Wa Man Yudlil Falaa Haadiya merupakan bahasa arab yang jika di artikan ke bahasa indonesia maknanya adalah tempat duduk. Innalhamdalillah nahmaduhu wa nastaeenuhu॥dua for beginning by mizanur rahman azhary. Dua for beginning and ending a session of Nahmaduhu Wa Nastainuhu Wa khutbah jumat tentang kematian. Man yahdillahu falaa mudilla lah, wa man yudlil falaa haadiya lah. Yaa ayyuhalladzina aamanuttaqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.
Jakarta - Umat Islam dianjurkan untuk membaca doa pembuka majelis sebelum memulai kegiatan. Doa ini biasanya dibaca saat akan ceramah, khutbah, pengajian, hingga pidato pembukaan untuk berbagai acara, khususnya keagamaan. Bagaimana doanya?Dalam Islam, dikenal adanya majelis taklim. Abdul Hamid dalam bukunya Memaknai Kehidupan menjelaskan, majelis المجلس berasal dari bahasa Arab majlis yang artinya tempat taklim, ditinjau dari asal katanya berasal dari kata 'alm dari akar kata 'allama yang artinya mengajar. Dalam konteks ini, majelis taklim diartikan sebagai tempat untuk mengadakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Ada beberapa adab majelis yang perlu diperhatikan oleh umat Islam. Abu Ihsan dalam bukunya yang berjudul Penuntun Doa Beserta Tata Caranya menyebutkan, ada 12 adab dalam majelis. Antara lain sebagai berikut1. Senangilah duduk dalam majelis amal Masuk ke majelis dengan hati dan badan yang Pilih tempat duduk yang paling Duduk dengan rapat dan jangan Tidak berbicara Menyimak semua yang sedang Tidak memotong orang yang sedang Bertanyalah jika merasa tidak Menghargai pendapat orang Jangan suka melangkahi kepala orang Tidak makan dalam majelis Tidak membuang sampah dalam memulai pertemuan dalam sebuah majelis, disunnahkan untuk membaca doa terlebih dahulu. Dikutip dari buku Kumpulan Doa Sehari-hari untuk Pembentukan Karakter Anak oleh Mochamad Soleh berikut doa pembuka majelis sesuai sunnah,ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُArab-latin innal hamda lillaah nahmaduhu wa nasta'iinuhu wa na'uudzu billahi min suruuri anfusinaa wa min sayyiaati a'maalinaa man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlilhu falaa haadiya lah. Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhuu wa "Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan mohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalan Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya."Selain membaca doa pembuka majelis, disunnahkan juga untuk menutupnya dengan doa penutup majelis. nwy/nwy
PEMBUKAAN khutbah atau risalah tidak harus memakai lafaz “Innalhamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu… – sampai – …kullu bidatin dhalalah wa kullu dhalatin finnar” selanjutnya diringkas dengan “innalhamda lillah…”, tapi boleh dengan redaksi yang lain yang telah memenuhi unsur tahmid pujian kepada Allah serta shalawat kepada Nabi ﷺ. Tidak ada satupun dalil yang mengharuskan dan membatasi hanya dengan lafaz tersebut di atas. Yang bisa kita katakan, bahwa redaksi di atas merupakan salah satu redaksi yang bisa diamalkan, tapi bukan satu-satunya. Belum lagi pendapat sebagian ulama yang menyatakan bahwa redaksi di atas khusus untuk khutbah nikah saja. Kita dianjurkan untuk membuka suatu majelis atau risalah dengan tahmid pujian kepada Allah serta shalawat kepada Nabi. Ini poinnya. BACA JUGA Khutbah Jumat Yang Terputus dari Pencela Nabi Maka dengan redaksi yang mana saja, bahkan disusun sendiri sekalipun, asal dua hal ini tahmid dan shalawat telah tersebutkan, maka tujuannya telah tercapai. Walaupun mungkin redaksi yang dipakai tidak pernah dilafazkan oleh Nabi secara persis, akan tetapi telah tercangkup oleh dalil yang bersifat umum yang menganjuran hal ini. Kalau kita amati dari berbagai riwayat yang ada, Nabi sendiri tidak melazimkan diri menggunakan secara terus menerus membuka khutbah ataupun risalah dengan redaksi ini “Innalhamda lillah….” Sebagai contoh, surat yang beliau kirim kepada raja Romawi. Di situ, beliau hanya membuka dengan kalimat “Basmalah”. Demikian juga dengan para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama dari kurun setelahnya. Mereka semua tidak melazimkan menggunakan lafaz “innalhamda lillah…”. Mereka menggunakan redaksi yang berbeda-beda menyesuaikan maksud dari apa yang akan mereka sampaikan di dalam khutbah atau risalah. Simak Fathul Bari. Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani w. 852 H – rahimahullah – menyatakan أَنَّ الْخُطْبَةَ لَا يَتَحَتَّمُ فِيهَا سِيَاقٌ وَاحِدٌ يَمْتَنِعُ الْعُدُولُ عَنْهُ بَلِ الْغَرَضُ مِنْهَا الِافْتِتَاحُ بِمَا يَدُلُّ عَلَى الْمَقْصُودِ “Sesungguhnya khutbah, di dalamnya tidak harus menggunakan satu redaksi yang terlarang untuk keluar darinya. Bahkan tujuan darinya, adalah pembukaan dengan redaksi yang menunjukkan kepada maksud yang diinginkan.” Fathul Bari, 8 Jika ingin bukti yang lebih, silahkan dibuka kitab-kitab turats warisan para ulama kita dari masa ke masa. Contoh paling dekat kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Kedua kitab ini tidak menggunakan pembukaan dengan redaksi “innalhamda lillah…” Padahal keduanya, yaitu imam Al-Bukhari H dan Muslim H, termasuk ulama Salaf karena hidup di abad ke tiga. Bahkan menurut pengamatan kami, amat sangat jarang atau hampir-hampir tidak didapatkan dari para ulama pendahulu kita yang melazimkan diri menggunakan redaksi “innalhamda lillah…” secara komplit dan persis sebagaimana yang digunakan dan diklaim oleh sebagian pihak saat ini sebagai redaksi pembukaan khutbah yang paling sesuai dengan sunah. BACA JUGA Khutbah Jumat Makhluk Penebar Permusuhan Sehingga pemahaman sebagian pihak oknum bahwa lafaz pembukaan “innalhamdalillah…” merupakan “brand” dan tolok ukur akan kelurusan dan kekokohan manhaj seseorang, merupakan hal yang tidak tepat. Lebih keliru lagi ketika sampai pada taraf membidahkan seluruh redaksi selain redaksi “Innalhamda lillah…” Dan jika pemahaman ini diterapkan secara konsisten, akan ada banyak ulama ratusan bahkan ribuan dari masa ke masa yang harus dikeluarkan dari manhaj Salaf, atau minimal dianggap “tidak nyunah”, atau “kurang kokoh”. selain tahmid dan shalawat dalam khutbah Jumat menurut mazhab Syafi’i karena keduanya hukumnya wajib/rukun. Syekh Al-Albani -rahimahullah – dalam kitab Al-Ajwibah An-Nafi’ah, hlm. 123 mengelompokkan berpalingnya para khatib dari khutbah hajah dengan redaksi “innalhamda lillah…”, termasuk bidah Shalat Jumat. Dengan tetap menghormati beliau sebagai ahli ilmu, kami pribadi tidak sependapat dengan beliau dalam masalah ini. Wallahul musta’an. Wallahu a’lam bish shawab. [] Oleh Abdullah Al-Jirani